tugas terstruktur 02
Iqbal Anwar Al Azis
Belajar dari Dua Sisi Wirausaha: Analisis Keberhasilan Gojek dan Kegagalan Theranos
1. Pendahuluan
Wirausaha adalah salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, serta inovasi di berbagai sektor. Di era digital, peluang wirausaha semakin terbuka lebar, tetapi bersamaan dengan itu juga muncul risiko besar, baik dari segi persaingan, pembiayaan, maupun etika bisnis. Oleh karena itu, penting bagi calon wirausaha untuk belajar tidak hanya dari kisah sukses, tetapi juga dari kegagalan.
Laporan ini menganalisis dua studi kasus kontras: keberhasilan Nadiem Makarim dengan Gojek sebagai contoh wirausaha yang mampu mengubah masalah sosial menjadi peluang bisnis, serta kegagalan Elizabeth Holmes dengan Theranos yang menjadi salah satu skandal bisnis terbesar di Silicon Valley. Analisis difokuskan pada motivasi, sikap etis, mindset, dan pelajaran yang bisa diambil sebagai bekal calon wirausaha.
2. Studi Kasus Keberhasilan: Nadiem Makarim & Gojek
a. Latar Belakang
Nadiem Makarim mendirikan Gojek pada tahun 2010, berawal dari observasi sederhana terhadap masalah transportasi perkotaan di Jakarta. Tukang ojek banyak yang menganggur, sementara masyarakat kesulitan mendapatkan transportasi cepat dan aman. Dengan latar belakang pendidikan di Harvard Business School dan pengalaman bekerja di perusahaan konsultan, Nadiem melihat potensi besar menghubungkan kedua pihak melalui teknologi. Dari sinilah Gojek lahir, yang kemudian berkembang menjadi salah satu perusahaan raksasa teknologi Indonesia dengan layanan transportasi, pembayaran digital, hingga logistik.
b. Motivasi
Internal: Nadiem memiliki passion yang kuat pada teknologi dan keinginan menciptakan dampak sosial. Visi pribadinya adalah memberdayakan pekerja informal agar memiliki akses penghasilan yang lebih stabil.
Eksternal: kondisi pasar urban mobility yang kacau, kebutuhan masyarakat akan solusi transportasi cepat, serta peluang besar di era penetrasi smartphone di Indonesia.
Kombinasi motivasi internal (visi sosial) dan eksternal (peluang pasar) membuat Nadiem memiliki dasar kuat untuk mengembangkan Gojek secara berkelanjutan.
c. Etika & Tanggung Jawab Sosial
Sejak awal, Gojek membangun reputasi dengan pendekatan yang relatif etis. Perusahaan menekankan transparansi harga, memberikan standar keamanan bagi pengguna, serta membuka akses penghasilan bagi jutaan mitra driver. Program tanggung jawab sosial seperti pelatihan literasi keuangan, asuransi kesehatan bagi driver, hingga program pendidikan untuk anak mitra menjadi bagian penting dari citra Gojek.
d. Mindset
Nadiem menunjukkan growth mindset dengan selalu mengembangkan layanan baru. Dari sekadar aplikasi ojek online, Gojek berkembang menjadi ekosistem super-app dengan layanan pesan-antar makanan (GoFood), pembayaran digital (GoPay), hingga layanan kesehatan (GoMed). Mindset opportunity-oriented juga terlihat saat Gojek cepat merespons kompetisi dari Grab dan Uber dengan inovasi produk.
e. Hasil
Gojek menjadi decacorn pertama Indonesia dengan valuasi lebih dari USD 10 miliar. Perusahaan ini tidak hanya sukses secara bisnis, tetapi juga memberikan dampak sosial signifikan: menciptakan jutaan lapangan kerja informal yang lebih terstruktur, serta mendorong transformasi ekonomi digital di Indonesia.
3. Studi Kasus Kegagalan: Elizabeth Holmes & Theranos
a. Latar Belakang
Elizabeth Holmes mendirikan Theranos pada tahun 2003 dengan janji revolusioner: tes darah yang hanya membutuhkan beberapa tetes darah untuk mendeteksi berbagai penyakit. Visi ini terdengar sangat menjanjikan, terutama bagi industri kesehatan yang memang membutuhkan solusi cepat, murah, dan tidak invasif. Holmes berhasil menarik perhatian investor besar dan media, bahkan disebut sebagai “Steve Jobs wanita”. Namun, di balik citra tersebut, teknologi Theranos tidak pernah benar-benar berfungsi.
b. Motivasi
Internal: ambisi besar Holmes untuk diakui sebagai inovator besar di dunia medis. Ia sering mengungkapkan obsesinya terhadap sosok Steve Jobs, bahkan meniru gaya berpakaian hitam khas Jobs.
Eksternal: tekanan dari investor dan pasar Silicon Valley yang sangat kompetitif. Holmes perlu terus menjaga citra perusahaan agar tetap menarik bagi investor meski produk sebenarnya belum terbukti.
c. Etika & Tanggung Jawab Sosial
Inilah titik lemah terbesar Theranos. Alih-alih jujur mengenai keterbatasan teknologi, Holmes dan tim manajemennya justru menutup-nutupi kebenaran. Hasil uji coba sering dimanipulasi, data tidak transparan, bahkan pasien yang menggunakan layanan tes darah Theranos berisiko menerima hasil keliru. Dengan kata lain, perusahaan mengabaikan etika bisnis dan tanggung jawab sosial demi mempertahankan citra dan pendanaan.
d. Mindset
Holmes tampak memiliki opportunity-oriented mindset, tetapi dengan landasan rapuh. Ia lebih fokus membangun narasi dan ilusi daripada mengembangkan solusi nyata. Mindset ini pada akhirnya menjadi fixed mindset terselubung, di mana kegagalan teknologi tidak dianggap sebagai peluang belajar, melainkan sebagai ancaman yang harus ditutupi. Akibatnya, tidak ada ruang untuk perbaikan, hanya ada usaha mempertahankan kebohongan.
e. Hasil
Pada 2015, investigasi jurnalis John Carreyrou dari Wall Street Journal membuka kebohongan besar Theranos. Tahun 2018, perusahaan resmi bubar, dan pada 2022 Elizabeth Holmes divonis bersalah atas penipuan investor. Ribuan pasien dirugikan, investor kehilangan miliaran dolar, dan kasus ini menjadi pelajaran pahit tentang bahaya mengabaikan etika dalam wirausaha.
4. Analisis Perbandingan
Jika kita membandingkan perjalanan Gojek dan Theranos, terlihat perbedaan mencolok dari segi motivasi, etika, mindset, dan dampak yang dihasilkan.
Dari sisi motivasi, Nadiem Makarim terdorong oleh kombinasi antara motivasi internal dan eksternal. Secara internal, ia memiliki visi sosial untuk memberdayakan pekerja informal dan passion dalam menggunakan teknologi sebagai solusi masalah. Secara eksternal, ia peka terhadap peluang pasar transportasi di Indonesia yang memang membutuhkan solusi inovatif. Sementara itu, motivasi Elizabeth Holmes lebih banyak dipengaruhi oleh ambisi pribadi untuk menjadi figur besar di dunia bisnis teknologi. Tekanan eksternal dari investor dan media juga membuatnya lebih fokus mempertahankan citra daripada membangun produk yang valid.
Dari sisi etika, Gojek menekankan transparansi, keselamatan pengguna, serta kesejahteraan mitra driver. Keputusan bisnisnya cenderung berpihak pada kepentingan banyak orang. Sebaliknya, Theranos justru mengabaikan etika fundamental. Holmes dan timnya menutup-nutupi kegagalan teknologi, memberikan data palsu kepada investor, dan bahkan membahayakan kesehatan pasien dengan hasil tes yang tidak akurat. Ini menunjukkan bahwa etika bukan hanya pelengkap, tetapi benar-benar fondasi utama keberlangsungan usaha.
Dari sisi mindset, Nadiem menunjukkan growth mindset yang jelas. Ia terus berinovasi, memperluas layanan, serta responsif terhadap kompetisi. Mindset ini membuat Gojek tetap relevan meskipun pasar berubah cepat. Holmes, sebaliknya, justru terjebak pada fixed mindset terselubung. Alih-alih mengakui kegagalan teknologi sebagai bahan pembelajaran, ia memilih menutupinya. Dengan demikian, mindset yang salah arah tidak hanya menghambat inovasi, tetapi juga bisa membawa kehancuran.
Dampak dari kedua pendekatan ini pun sangat berbeda. Gojek menciptakan lapangan kerja, memberi manfaat luas bagi masyarakat, dan menjadi simbol keberhasilan startup Indonesia. Theranos, sebaliknya, menimbulkan kerugian miliaran dolar, menghancurkan reputasi banyak pihak, dan menjadi contoh pahit kegagalan etika bisnis.
Secara keseluruhan, perbedaan utama antara kedua kasus terletak pada fondasi wirausaha: apakah didorong oleh visi yang etis dan mindset bertumbuh, atau justru oleh ambisi pribadi yang mengabaikan kebenaran.
5. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari dua studi kasus ini, ada beberapa pelajaran penting:
Motivasi internal lebih berkelanjutan. Gojek berhasil karena didorong oleh visi sosial yang kuat, sementara Theranos runtuh karena hanya berlandaskan ambisi pribadi dan tekanan eksternal.
Etika adalah fondasi bisnis. Keberhasilan jangka panjang tidak mungkin tercapai jika etika bisnis dan tanggung jawab sosial diabaikan. Theranos menjadi contoh nyata bahwa mengabaikan etika berujung pada kehancuran total.
Mindset menentukan arah usaha. Growth mindset mendorong inovasi berkelanjutan, sementara fixed mindset yang defensif justru menghambat perbaikan.
Keseimbangan motivasi internal dan eksternal penting. Passion harus berjalan seiring dengan kejelian membaca peluang pasar, tetapi tetap berpijak pada integritas.
Rekomendasi bagi calon wirausaha:
Rancang visi yang berakar pada kebutuhan nyata masyarakat.
Bangun usaha dengan integritas, transparansi, dan kepedulian sosial.
Anggap kegagalan sebagai sarana belajar, bukan sesuatu yang harus ditutupi.
Seimbangkan motivasi internal (passion, visi) dengan motivasi eksternal (peluang pasar, kebutuhan finansial).
6. Sumber
Carreyrou, J. (2018). Bad Blood: Secrets and Lies in a Silicon Valley Startup. Alfred A. Knopf.
Forbes. (2019). Gojek: Indonesia’s First Decacorn.
BBC News. (2022). Elizabeth Holmes: Theranos Founder Convicted of Fraud.
Tech in Asia. (2018). The Rise of Gojek and Indonesia’s Startup Ecosystem.
Wall Street Journal. (2015). Hot Startup Theranos Has Struggled With Its Blood-Test Technology.
Komentar
Posting Komentar